Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ice Cream Terakhir


Sudah lama Nunung tidak makan ice cream. Dia paling suka rasa strawberry yang di mix dengan coklat. Lebih enak yang berada di cup, jadi bisa dinikmati dengan sendok kayu sedikit demi sedikit. Jika sudah habis, hal terakhir yang dilakukannya adalah menjilati sendoknya. Masih ada sisa-sisa lelehannya. Walaupun harga satu cup ice cream hanya enam ribu rupiah, saat ini dia tidak sanggup membelinya.

     Sejak berhenti kerja dari pabrik kain karena pengurangan karyawan, Nunung harus menghemat uangnya hanya untuk hal yang penting saja, seperti berbelanja kebutuhan wanita pada umumnya. Untung saja dia masih tinggal bersama kedua orang tuanya. Adik laki-lakinya sudah bekerja di luar kota, walaupun gajinya minim dan hanya cukup untuk dirinya sendiri. Ada fasilitas antar jemput buruh dengan menggunakan truk seperti milik angkatan darat. Sehingga adiknya bisa pulang setiap hari tanpa mengeluarkan uang transport.

        Sehari-hari Nunung menghabiskan waktu di rumah, membantu pekerjaan rumah tangga ibunya. Hampir setiap hari dia terkena amukan kedua orang tuanya karena dirinya belum memperoleh pekerjaan lagi. Memang selama ini dialah tulang punggung keluarga. Ketika dia mencoba bekerja sebagai pembantu rumah tangga, mereka murka. Pekerjaan itu memalukan  menurut mereka. Dia akhirnya berhenti. Padahal pekerjaan apapun ingin dia lakukan, semata-mata karena rasa sayangnya pada orang tua.

        Nunung bingung, tidak tahu harus bagaimana, mencari kerja sangatlah sulit akhir-akhir ini. Sering dia menangis menahan segala omelan-omelan orang tuanya yang tidak pandang tempat. Ingin berjualan kue tapi tidak punya modal. Ingin berangkat jadi TKW dananya terlalu besar. Sungguh di dalam hatinya sangat ingin meringankan beban ekonomi yang ditanggung orang tuanya.

          “Sudah jam setengah enam sore tapi udaranya masih panas. Hhm, aku ingin sekali beli ice cream, sangat. Uangku tinggal dua ratus lima puluh ribu. Semoga sebelum habis aku sudah dapat pekerjaan baru. Aku ambil dua puluh ribu saja ah.”

            “Mau kemana kamu!” bentak ibunya.

            “Ke toko di ujung jalan sebentar, Bu. Mau beli ice cream. Ibu mau?”

            “Tidak punya uang kok malah beli ice cream! Mending buat beli beras! Doyan sekali jajan kamu itu!”

             Nunung berdiri di depan pintu ruang tamu dan terdiam.

    “Dihemat uangnya! Kamu pengangguran sekarang!” teriak ayahnya.

           “Terakhir, Pak. Kali ini saja. Aku ingin sekali makan ice cream. Setelah itu aku tidak akan jajan lagi.”

Nunung akhirnya berjalan menuju supermarket kecil di dekat jalan raya, karena toko dekat rumahnya tutup. Dua buah ice cream rasa strawberry dan coklat dibawanya dengan riang. Dia berjalan sambil tersenyum, membayangkan lezatnya ice cream.

Tapi itu ice cream terakhir yang dibelinya, seperti yang dia katakan. Uang kembalian yang dipegangnya itu berserakan di jalan, sementara ice cream pun sudah tak berbentuk, tumpah, dan cupnya remuk. Nunung tergolek dengan wajah biru lebam dan darah yang terus mengucur dari kepalanya. Ketika hendak menyeberang di tikungan jalan, tiba-tiba sebuah truk menghantam tubuhnya dengan keras. Sopir adiknya itu terkejut bukan main. Dia segera turun dan memeriksa keadaan orang yang ditabraknya.

Nunung langsung meninggal di tempat. Tatkala mengenali wajah sang kakak, tenggorokan Aryo tercekat. Dia membisu, hanya bingung menatap tubuh yang masih hangat namun tak lagi bernyawa itu. Perlahan dia mengangkat dan memeluknya. Seragam buruhnya pun terkena tetesan-tetesan darah segar. Barulah dia menangis sekeras-kerasnya.

“Maafkan Ibu, Nak! Jangan! Jangan begini caranya! Kembalikan anakku di rumah ini lagi, Tuhan! Biarkan aku menemaninya makan ice cream!”

Ayah Nunung duduk di balik pintu kamarnya. Tatapan matanya kosong. Tak lama kemudian dia menjerit histeris sambil berulang kali meneriakkan nama anaknya itu. Beberapa tetangga yang sudah memenuhi rumah Nunung terus mencoba untuk menenangkannya. Teriakan pilu beserta penyesalan terdalam. 
Enhanced by Zemanta

Post a Comment

0 Comments