Dengan
adanya Facebook, hampir setiap hari ada saja bahan obrolan yang membuat aku dan
teman-teman SMAku tertawa sampai perut kaku. Tidak puas disitu, kita pun sering
janjian untuk berkumpul di tempat- tempat yang nyaman untuk nongkrong. Hati
riang, awet muda, dan bebas dari rasa penat sejenak, itulah tujuannya. Nah,
suatu saat, salah seorang temanku ingin sekali makan bakso pedas. Aku
mengiyakan. Di kotaku, banyak warung bakso enak. Ketika Icha memberitahu
lokasinya, aku dan sahabatku langsung mengerutkan dahi.
“Ga salah tha Icha
iki?” gerutu Yochi.
“Emboh. Mosok ndek
kene seh, Chi? Lek nganthek ga enak baksone, Icha tak kongkon mbayar. Lha nggen’e
ga meyakinkan ngene.”
Yochi langsung tertawa. Dan kita berdiri di depan warung,
tidak berani masuk, takut salah, karena baru dengar nama warung bakso itu.
Tempatnya kecil, hanya ada tiga meja, masing-masing dilengkapi dua bangku
panjang, gerobak bakso di dalam, lemari pendingin, dan meja yang sangat kecil
untuk kasir. Lima belas menit kemudian Icha datang membawa saudaranya. Setelah
saling meledek dan tertawa-tawa, kita semua masuk ke dalam warung.
“Cha, iki ancen
warung bakso senenganmu tha? Byuh, lagek krungu iki aku. Enak tha baksone?”
tanyaku penasaran.
Icha hanya tertawa dan langsung mengambil mangkok. Tiba-tiba
Yochi langsung berseru. Kita sedikit kaget. “Aku
ngerti opo’o Icha seneng ndek kene! Lha musik’e dangdut seh.”
“Oalah.” sahutku sambil mengunyah bakso yang ternyata
enak.
Sementara Icha menambah porsinya. “Hhm, puas!”
“Ya ampun, Icha
enthek rong mangkok, Chi. Iki efek samping musik dangdut koyok’e.”
Suara tawa pun pecah lagi di warung bakso Gong yang
sempit itu.
Jumlah kata : 249
Footnote :
“Ga
salah tha Icha iki?” :
“Apa tidak salah Icha ini?”
“Emboh.
Mosok ndek kene seh, Chi? Lek nganthek ga enak baksone, Icha tak kongkon
mbayar. Lha nggen’e ga meyakinkan ngene.” : “Tidak tahu.
Masak disini sih tempatnya, Chi? Kalau sampai baksonya tidak enak, Icha akan
aku suruh bayar. Tempatnya tidak meyakinkan begini.”
“Cha,
iki ancen warung bakso senenganmu tha? Byuh, lagek krungu iki aku. Enak tha
baksone?” : “Cha, memang ini warung bakso kesukaan kamu ya?
Aku baru dengar. Enak apa tidak baksonya?”
“Aku
ngerti opo’o Icha seneng ndek kene! Lha musik’e dangdut seh.” : “Aku
mengerti kenapa Icha suka disini! Musiknya dangdut sih.”
“Ya
ampun, Icha enthek rong mangkok, Chi. Iki efek samping musik dangdut koyok’e.” :
“Ya ampun, Icha habis dua mangkok, Chi. Ini efek samping musik dangdut
kayaknya.”
Cerita ini diikutsertakan pada lomba FF Ninelights
2 Comments
aaiihh hahahhahaa
ReplyDeletegak memalukan tah cerita dangdut ini ??
kok di share disini seh ..
wakakkakakkaka
@Yhosie : justru karna memalukan itu jadinya aku bisa nulis cerita ini.Hahahahahhaha.
ReplyDeleteShare your comments for me then I will be happy